20 y.o

Tahun ini adalah tahun ke-20 bagiku, yang masih bertahan hidup di muka bumi. Aku tidak pernah ingat betul ketika pertama kali menghirup udara dunia, tepatnya udara panas khas kawasan di daerah Jakarta Timur.
Ah, kalau dihitung-hitung, aku yang merupakan kelahiran tahun 1998 ini sudah tidak remaja lagi nyatanya. Sempat terlintas dipikiranku, “20 tahun? Gini-gini aja kayaknya. Ga ada perubahan.”
Beberapa minggu yang lalu, aku tidak sengaja melihat NIP Bapak. Sewaktu kubaca dan kutelaah, “Loh bapa udah kerja dari umur 20 tahun?”. Aku yang tidak bisa menutupi rasa kaget sekaligus kagum pun bertanya ke Bapak. Berharap ada penjelasa lebih lanjut. Bapak mengangguk dan mengiyakan.
“Wow keren juga ya bapa umur 20 tahun udah bisa kerja, PNS pula”, gumamku. Aku yang tahu kalau Bapak bukanlah lulusan dari jenjang pendidikan yang paling tinggi dan merupakan orang yang berasal dari kampung pun berdecak kagum.
Tiba-tiba terdengar suara yang menimpali, “Kaka juga udah kerja dari umur 20 tahun. Ngajar udah 6 tahun.” Aku pun langsung membalas, “Wah iya ya, ga kerasa udah 6 tahun aja.”
Aku yang baru mendengar penjelasan kakak, langsung berhitung dan berpikir. “Iya sih bener, kalo diitung2 kaka udah 6 tahun jadi guru. Ingat betul kala itu ia masih bergelar D2. Masih kuliah, tapi udah mutusin buat nyari kerja. Alhamdulillah, ternyata ia diangkat jadi seorang guru di salah satu SDIT (swasta) sampai sekarang.”
Aku jadi minder sendiri ketika mengetahui kalau dua orang yang merupakan bagian terpenting dari hidupku punya pengalaman dan keberanian mengambil keputusan di usia yang kini sedang kujalani.
“Di usiaku yang segini, aku udah ngapainnya? Perasaan ga ada yang istimewa, gini-gini aja.”
Aku pun berpikir ulang, mengingat apa saja yang pernah aku lalui dan kerjakan. Dan satu ingatan muncul beserta ingatan-ingatan lain yang  bersepakat untuk mendukung satu ingatan itu.
Tahun 2017, kala aku berusia 19 tahun, aku pernah bekerja sebagai operator warnet. Aku baru teringat akan hal ini. Ternyata aku masih bisa disetarakan dengan pengalaman Kakak dan Bapak. Di tahun sebelumnya, bahkan aku harus pergi merantau demi menuntut ilmu di daerah Pasundan. Seketika aku teringat akan beberapa pengalaman yang pernah aku lalui. Menjadi peserta baca puisi tingkat nasional, volunteer AAW 2018, volunteer Beasiswa Sehari 10K Bekasi, dan lain-lain. (Mungkin aku akan bercerita mengenai beberapa pengalamanku ini di post selanjutnya hehe)
Dari sanalah aku berpikir, bahwa sesungguhnya aku mampu. Aku bisa. Namun, terkadang ego untuk menetap dalam zona nyaman terlalu kuat. Tetapi, aku pun menjadi paham ketika menyadari bahwa benar kita tidak sepatutnya membandingkan kehidupan orang lain dengan kehidupan kita. Ada hal yang harus lebih disyukuri dalam diri ini. Setiap orang mempunyai jalan masing-masing yang telah digariskan oleh Tuhan.
Teruntuk diriku, semoga hari-hari yang dilalui menjadi penambah ilmu, penambah iman, dan penambah syukur. Kamu bisa, jika berusaha. Jangan lupa untuk selalu melangitkan do’a, karena hakikatnya kita berada dalam genggaman dan pengawasan Sang Maha Kuasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Narrative Text : Reward For A Glass Of Milk Story

[Lirik Lagu] The One – 겨울사랑 (Winter Love)/(OST That Winter, The Wind Blows)

Gue = Aku